VIVA.co.id – Pempek cukup lama dikenal sebagai makanan khas Palembang, Sumatera Selatan. Namun, sebenarnya, saat terbang ke daerah yang terkenal dengan Sungai Musi, ada lagi makanan khasnya yang wajib dicicipi, yakni kue lapis.
Kue lapisnya bukan kue lapis biasa. Kue ini diberinama Kue 8 Jam. Saat berkunjung ke Sumatera Selatan, Anda wajib berburu kue satu ini.
Siapapun yang pernah ke sana pasti mendengar kemasyuran nama kue ini, dan juga harganya yang tidak murah. Setelah mencicip rasanya, dan lamanya proses pembuatan untuk sebuah kue, harga yang mahal seolah terbayar dengan kelezatan rasanya.
Rahasia membuat Kue 8 Jam yang lezat pun muncul dari pemilik Bangau Pastry, yang kebetulan membuka stand di Festival Kuliner Nusantara, Mal Artha Gading, Jakarta Utara.
"Kue 8 jam dikukus selama 8 jam, teknik pengapian pun tidak boleh terlalu besar, rajin dibuka tutup agar permukaan tetap rata, dan harus menggunakan telur bebek," jelas Nurul Khusnah, pemilik Bangau Pastry pada VIVA.co.id.
"Bahan lainnya adalah susu kental manis, butter, vanili, gula pasir, bahan yang sama juga digunakan untuk membuat kue Maksubah yang juga khas dari Palembang."
Karena harus dibuat dengan telur bebek, membuat harga makanan yang satu ini cukup mahal. "Kalau di kami untuk ukuran satu loyang penuh ukuran 20x20, harganya sekitar Rp450 ribu."
Bagi yang ingin menjadikan kue ini sebagai oleh-oleh, tenang, makanan ini bisa bertahan hingga satu bulan dengan mengikuti saran dari Nurul berikut ini.
"Kalau disimpan di lemari pendingin kue ini bisa bertahan hingga satu bulan, tapi kalau tidak hanya bisa bertahan tiga hari. Agar tidak mengurangi kelezatan rasa atau mengubah teksturnya, hanya memotongnya sesuai kebutuhan. Dan sisanya tetap di lemari pendingin, jangan membuka tutup kemasan. Panaskan kue dengan microwave. Dan sebelum dipanaskan, diamkan sejenak dalam suhu ruang terlebih dahulu."
Untuk yang penasaran dan belum pernah mencicip seperti apa rasa Kue 8 jam, kue ini masih bisa ditemui di Festival Kuliner Nusantara, yang digelar pada hari ini, 16 April 2016.
0 comments: